Artikel

Gaduh Senjata di AS, Bagaimana dengan Indonesia?

KEGEMPARAN terjadi di Philadelphia, Amerika Serikat. Ratusan orang yang tengah menikmati South Street pada Sabtu malam, 4 Juni 2022, panik. Bunyi letupan senjata terdengar. Peluru mengenai 14 warga, tiga di antaranya meninggal.

 

“Seorang petugas yang menanggapi tempat kejadian melihat beberapa pria bersenjata menembaki kerumunan orang,” kata Inspektur Polisi Philadelphia D.F. Pace dikutip dari laman www.cnbcindonesia.com dengan artikel berjudul Lagi, Penembakan di AS, 3 Orang Tewas di Philadelphia.

 

Penembakan di Philadelphia menambah panjang kasus meresahkan tersebut di Amerika Serikat di 2022. Bukan hanya fasilitas umum, penembakan juga terjadi di kampus rumah sakit seperti di Tulsa, Oklahoma. Setelah melepaskan peluru yang menewaskan tiga orang, pelaku menembak dirinya sendiri hingga tak bernyawa.

 

Ada pula penembakan yang menewaskan 21 orang di sebuah sekolah dasar di San Antonio, Texas, bulan lalu. Dua korban adalah guru, selebihnya adalah murid SD.

 

Data yang dilansir dari laman asal AS, www.npr.com, menyebutkan sejak Januari hingga Mei 2022, penembakan di Negara Adidaya itu mencapai angka lebih dari 200 kejadian. Lebih 10 persen dari jumlah tersebut, penembakan terjadi di lingkungan sekolah. Bahkan pada Maret 2022, 10 penembakan terjadi di beberapa sekolah.

 

Puluhan siswa tewas dan menderita luka. Meski selamat tanpa luka, anak-anak yang menjadi saksi di tempat kejadian mengalami trauma. Banyak di antara mereka membutuhkan bantuan untuk memulihkan mental dan kondisi psikis setelah kejadian.




“Pria bersenjata telah mencuri masa depan anak-anak,” ungkap Ketua DPR AS dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi, dikutip dari laman www.bbc.com.

 

Apakah ada kaitannya antara penembakan yang kerap terjadi dengan jumlah warga yang memiliki senjata api di AS?

 

Menurut laman www.katadata.co.id, jumlah penduduk di Amerika Serikat mencapai 331,9 juta jiwa. Data itu sesuai dengan hasil penghitungan jumlah penduduk pada 2020.



Sebanyak 40 persen warga di AS memiliki senjata atau tinggal di rumah dengan senjata api. Demikian yang dilaporkan media berita VoA. Ragam alasan yang digunakan di antaranya perlindungan diri, berburu, dan untuk kepentingan olahraga menembak.